Thursday, February 16, 2012

Cerita Tentang Seorang Gadis

Wajahnya merah, membengkak, entah sudah berapa lama gadis itu terduduk di tempat itu sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya. Suara isak tangis terdengar mengalun lembut hampir tak terdengar, tangannya basah penuh dengan air mata, tubuhnya gemetar, bajunya terlihat terkoyak.

Angin menyapanya lembut dan bertanya 'apakah kau baik-baik saja sahabatku?' tapi sang gadis masih terus terisak tidak menjawab pertanyaan sang angin, ia melepaskan tangan kanan nya dari wajah nya, mencari sesuatu di dalam tas nya. Cermin, ia mengeluarkan cermin dari dalam tas nya, ia berkaca, melihat wajahnya yang merah, matanya yang besar masih mengeluarkan air mata, gadis itu menelan ludahnya, wajahnya berubah seakan ia melihat setumpuk sampah yang mengeluarkan bau tak sedap ketika ia melihat bayangan wajahnya dicermin. Gadis itu mengerutkan kening nya, menggigit bibirnya, cairan berwarna merah kental terlihat di bibirnya, ia masih bercermin.

Gadis itu melihat dirinya sekali lagi dan tersenyum miris, matanya terlihat lelah. Ia tertawa dan menangis, mengingat seorang lelaki yang menyelipkan tangannya dengan paksa kepada dirinya dan tanpa ada wajah penyesalan atau pun kasihan lelaki itu melemparkan uang ke wajahnya dan berkata 'jangan menatap ku dengan wajah seakan aku adalah pria jahat, bukankah kau sudah terbiasa dengan hal ini!' ucap nya sambil meludah dan meninggalkannya termakan gelapnya cahaya kota. Gadis itu menatap bulan yang tak terlihat, air matanya masih mengalir melewati pipi nya yang elok. Ia takjub akan dirinya sendiri bisa berjalan sampai di sini.

Cahaya lampu yang menyinari jalan sepi itu bertanya-tanya 'apakah gadis itu baik-baik saja?' ia selalu melihat sang gadis berjalan bersama seorang laki-laki yang berbeda setiap harinya, tapi hari ini gadis itu berjalan sambil menangis dan ia jatuh terduduk di dekat sang lampu dengan keadaan yang lebih menyedihkan, semua alam di sekeliling lingkungan tahu tentang kisah nya, kami sangat prihatin dengan keadaannya, sendiri, kesepian, terbuang, tak terlihat, tak bersuara. Semakin lama kami melihat semakin kami merasakan bahwa gadis itu semakin  kehilangan jiwanya.

Tapi semua alam sadar bahwa gadis itu merindukan kasih sayang, merindukan pelukan, merindukan hati, merindukan perasaan, dan merindukan Mu Tuhan.

No comments:

Post a Comment