Wednesday, April 4, 2018

Tentang Saya; Percakapan Bagian 1

Hallo.. 
Hari ini saya menuliskan beberapa percakapan saya dengan diri 'saya' sendiri. Percakapan tentang beberapa titik di kehidupan saya, dan hanya ingin berbagi cerita. Mengapa saya menuliskan sebuah percakapan dan bukan dengan satu cerita yang utuh, karena saya sulit (selalu mencoba tapi hasilnya.... :p) untuk menuliskan apa yang ingin saya bagi kedalam paragraf-paragraf yang apik.  

Mari kita mulai percakapan saya dengan diri 'saya' 
Tanya : Apakah anda memiliki sebuah kejadian yang tidak akan pernah akan lupakan pada kehidupan anda?
Saya : iya, saya punya itu

T (Tanya) : Kapan kejadian itu terjadi?
S (Saya) : Ketika saya berumur 16 tahun, saat itu liburan kenaikan kelas (saya naik kelas 3 SMA)

T : Apa yang anda rasakan pada saat itu?
S : Semua terbalik

T : Bisa di jelaskan?
S : Saya menemukan diri saya pada satu titik 'situasi', dimana saya merasakan kedamaian dan jiwa saya memberitahu bahwa waktunya telah tiba, "waktunya pulang". Pada saat itu saya sakit dan dirawat dirumah selama kurang lebih satu bulan (dibawah pengawasan dokter), dalam satu bulan itu kondisi saya bisa dikatakan memburuk dan saya merasa baik-baik saja tanpa ada rasa bahwa kondisi saya buruk. Keluarga mencari second opinion ke dokter yang lain dan dokter tersebut memutuskan untuk membawa saya ke Rumah Sakit (kondisi benar-benar buruk), ketika saya sampai di Rumah Sakit dengan Ambulance dan pada saat itu 'situasi' yang saya katakan terjadi. 

T : 'Situasi' tersebut yang membuat anda merasa semuanya terbalik?
S : Iya, karena 'situasi' tersebut adalah sebuah perjalanan terakhir dari sebuah perjalanan yang baru. Dimana saya merasakan rasa damai dan kesejukan yang tiba-tiba, dan saat itu pula saya sampai pada kesadaran bahwa saya ini benar-benar sakit parah dan kepasrahan untuk 'Pulang' pun tidak membuat saya merasa takut. Seperti yang saya katakan sebelumnya, ini adalah titik dimana saya merasa akan 'Pulang' dan hal itu adalah yang terbaik untuk saya... untuk keluarga saya... untuk semuanya. Namun, Tuhan merencanakan hal lain untuk saya, Beliau memberikan saya bisa dikatakan kesempatan untuk kembali, memberikan saya kekuatan untuk terus berjuang.

T : Mengapa anda mengatakan bahwa hal tersebut adalah perjalanan terakhir?
S : Mmmm.. karena semuanya berakhir saat itu, dan saya harus mulai belajar menerima keadaan, memulai pertarungan saya. Bab baru dalam kehidupan saya.

T : Dalam pertarungan melawan sakit anda apakah ada pertarungan lain yang sedang berlangsung dalam diri anda?
S : Tentu saja ada, pertarungan yang lebih sulit, yaitu bertarung melawan diri saya sendiri.

T : Mengapa pertarungan tersebut anda rasa lebih sulit?
S : Karena pada saat itu saya harus 'memaksa' diri saya untuk bangkit, untuk menerima keadaan, untuk belajar dari awal lagi. Saya paham jika saya ingin melakukan aktivitas seperti sediakala saya harus berjuang, namun kadang (sering) emosi saya tidak singkron dengan logika yang saya miliki. Bahkan setelah 11 tahun saya masih bertarung dengan diri saya sendiri 😁

T : Selama itu apakah anda pernah merasa sama sekali tidak berharga, tidak berguna?
S : Sering 

T : Bagaimana anda bisa menanggulangi perasaan semacam itu ?
S : Melihat kebelakang (perjalanan saya), mencari secercah cahaya dan mulai untuk memikirkan semua hal yang menakjubkan yang pernah saya rasakan dan menunggu hal yang akan bisa saya lakukan kedepan.

T : Apakah sulit untuk menghadirkan semua momen bahagia itu?
S : Pertama kali memang sulit. Pertama kali sepertinya saya menghabiskan waktu sekitar dua tahun  lebih untuk bisa menghadirkan hal-hal tersebut, dan selama beberapa tahun itu saya merasa berada dalam dunia yang berbeda. Dunia dimana saya merasa hanya ada saya, dan pada saat itu tidur dan tidak melakukan apapun adalah hal terbaik yang saya rasa bisa saya lakukan. Karena pada saat itu saya merasa terputus dengan dunia yang selama ini saya kenal, dari hal-hal kecil yang biasanya bisa saya lakukan sendiri jadi tidak bisa saya lakukan. Seperti untuk berjalan saya harus dibantu, untuk duduk saya perlu dibantu, untuk mandi saya perlu dibantu. Ya saya merasa tertinggal, tidak berguna, tidak pantas berada di lingkungan dan berfikir :

"Jika saya tidak melakukan apapun selain tidur keluarga saya tidak akan perlu repot untuk mengurus saya, jika saya Tidak Ada pun dunia akan tetap berdetak. Saya kecil, saya tidak ada apa-apanya, saya hilangpun bukan masalah yang besar"

Pikiran-pikiran semacam itu mengrogoti saya sampai pada akhirnya saya tidak berpikir lagi, hanya tidur dan tidak ingin keluar dari kamar.
Yang membuat saya bangkit dan mulai berani melangkah keluar adalah untuk Kuliah. Saat itu saya lulus SMA (bersyukur masih bisa lulus dengan nilai yang pas-pasan, saat itu saya menduga bahwa saya tidak akan lulus) setelah lulus SMA saya mendaftar dibeberapa universitas namun percobaan pertama saya gagal, setahun kemudian saya sengaja tidak mendaftar karena saya berfokus pada penyembuhan, kemudian kesempatan terakhir saya untuk mendaftar datang di tahun berikutnya dan Tuhan memberikan saya kesempatan untuk kuliah, ya saya lulus dan mulai kuliah. Dari sini saya sudah mulai bisa menerima keadaan dan situasi diri saya.

T : Selama beberapa tahun yang gelap itu anda selalu berfikir tidak berguna, dan tidak berharga, bagaimana?
S : Hmm.. ya kalian pasti tahu, coba kalian bayangkan jika semua hal itu memenuhi 99,9% pikiranmu, semuanya akan terlihat gelap, segalanya terasa salah, setiap hal yang ada itu memenuhi dirimu dengan kegelapan yang pekat dan pada akhirnya dirimu akan mulai menutup diri dari dunia yang terlalu silau. Kemudian dirimu akan mulai merasa sangat nyaman berada didalam gelap itu, sendirian.  

T : Anda merasa nyaman dengan kegelapan, bisa dijelaskan tentang 'kegelapan' ini?
S : Bagaimana saya menjelaskan tentang 'kegelapan' ini ya. Sebenarnya masih terkait dengan jawaban saya di pertanyaan sebelumnya. 'Kegelapan' yang saya maksud disini adalah kegelapan yang ada pada diri kita, saat kita terlalu fokus dengan kegelapan ini kita tidak akan bisa melihat cahaya yang selama ini ada disamping kita. Jadi, ketika kita terlalu nyaman dengan hal itu, terlalu fokus dengan mereka, dan menaruh semua pikirian kita kepada mereka, sehingga pada titik itu kemungkinan besar kita akan melakukan hal yang buruk, dan yang terburuk adalah mencoba untuk mengahiri hidup.

T :  Apakah anda pernah menginginkannya? mengakhiri hidup anda..
S : Pertanyaan yang juga sulit saya jawab, sulit saya jelaskan. Tapi, pikiran bahwa saya ingin meninggalkan dunia ini ada jelas di dalam diri saya.

T : Jadi, anda benar-benar berfikir untuk pergi?
S : Ya, pikiran itu ada tapi bukan pergi dengan Saya yang mengahirinya

T : Jadi, anda ingin pergi tapi bukan samapai mengahiri hidup anda sendiri?
S : Yap, saya hanya ingin cepat-cepat pulang. Namun, saya masih bernafas sampai sekarang, dan saya berterimakasih atas kesempatan ini.

T : Anda bahagia dengan waktu yang masih diberikan?
S : Ya, siapa yang tidak berterimakasih masih diberikan kesempatan untuk menikmati desiran angin. Masih bisa merasakan jantung berdetak adalah sebuah anugrah dan kebahagian tersendiri bagi saya.

>>>>>> bersambung ke Bagian 2 >>>>>

No comments:

Post a Comment